Di sebuah
provinsi di Indonesia hiduplah seorang anak SMA, anak tersebut dikenal dengan
nama Shodrot. Shodrot bersekolah di
sebuah SMA negeri terkemuka di provinsi tersebut. SMA tersebut dihuni oleh
anak-anak yang rajin dan pintar-pintar. Murid-murid SMA itu juga sering
mendapat penghargaan dari lomba-lomba yang diikuti baik itu tingkat kota,
tingkat provinsi, maupun tingkat nasional.
Orang tua
Shodrot berharap dengan menyekolahkan anaknya di sekolah yang notabenenya
sekolah terbaik di kota tersebut agar Shodrot menjadi anak yang lebih rajin dan
pintar. Namun yang diharapkan malah sebaliknya, ketika masih kelas satu SMA,
Shodrot sering kali datang terlambat ke sekolah. Hal ini disebabkan karena
rumahnya cukup jauh dari sekolah.
Sekali
terlambat Shodrot berkata “ Ah, baru satu kali terlambat nyantai aja.”
Dua kali
terlambat “Baru juga dua kali paling disuruh siram-siram tanaman”
Shodrot
masih santai karena di sekolahnya hanya siswa yang tiga kali datang terlambat
ke sekolah selama satu bulanlah yang orangtuanya akan dipanggil ke sekolah.
Sampai suatu ketika Shodrot secara tidak sengaja datang terlambat untuk yang
ketiga kalinya dalam satu bulan. Tentu saja pihak sekolah tidak tinggal diam
terhadap perilaku Shodrot tersebut. Dipanggilah orangtua Shodrot ke sekolah.
Shodrot pun panik menerima surat panggilan orang tua, dia bingung harus pasang
muka seperti apa saat menyerahkan surat tersebut.
Shodrot
pasrah saja ketika menyerahkan surat tersebut kepada orang tuanya. Tentu saja
orang tua Shodrot kaget sekaligus malu melihat tingkah laku anak semata
wayangnya tersebut. Setelah berdiskusi dengan pihak sekolah akhirnya orang tua
Shodrot memutuskan agar Shodrot tinggal di kos yang dekat dengan sekolahnya,
dengan pertimbangan bahwa Shodrot akan menjadi lebih jarang terlambat karena
kosnya dekat serta agar Shodrot lebih mandiri.
Namun yang
terjadi malah sebaliknya, kelakuan Shodrot malah semakin menjadi-jadi. Shodrot
yang memiliki hobi bermain game online, tiap pulang sekolah malah langsung
menuju warnet dekat sekolah. Uang saku untuk makan, jajan, dan membeli
peralatan sekolah dia gunakan untuk bermain game online. Bahkan ia rela untuk
makan 1 sehari bahkan berpuasa agar uangnya bisa dipakai untuk bermain game
online dan membeli voucher-vouchernya. Dia juga sering menginap di warnet untuk
mendapatkan paket harga yang lebih murah.
Akibatnya
ia sering lalai dalam belajar serta mengerjakan tugas-tugas sekolahnya,
akibatnya Shodrot sering mendapat nilai jelek. Shodrot juga jadi diingat oleh
guru-gurunya karena perilakunya yang malas tersebut.
Akibat
sistem sekolah yang berangkat pagi pulang sore. Untuk mengganjal perut
keroncongannya, tanpa rasa malu Shodrot juga sering meminta makanan pada
teman-temannya yang membawa bekal ke sekolah. Teman-temannya juga merasa
kasihan dengan Shodrot yang seperti itu, mereka juga sering menasihati Shodrot
agar menjadi anak yang lebih rajin, tapi hal tersebut seperti menulis di atas
air. Nasihat-nasihat teman-temannya hanya dianggap angin lalu oleh Shodrot.
Tidak hanya
malas perilaku Shodrot juga sangat jorok, dia sering sekali tidak mandi dengan
alasan tidak sempat. Kamar kosnya sangat berantakan seperti kapal pecah, jarang
sekali Shodrot melakukan bersih-bersih kamar kosnya. Tidak ada teman kosnya
yang mau sekamar dengan dia karena perilaku joroknya itu. Kamarnya terasa
pengap dan bau akibat jarang dibersihkan.
Shodrot
juga jarang sekali mencuci bajunya, baju olahraganya jika Shodrot belum pulang
ke rumah maka ia belum mencucinya. Saat olahraga dia sering dijauhi
teman-temannya karena bau bajunya yang kurang sedap.
Sering dia
diejek “Oi Drot, baumu nggak enak, jauh-jauh sana!!”
Tidak
terasa kenaikan ke kelas tiga sudah tiba, ujian demi ujian dilalui Shodrot.
Hasilnya hampir di semua mata pelajaran Shodrot mendapat nilai di bawah KKM.
Melihat hasil tersebut teman-teman Shodrot tambah semakin sering mengejeknya.
Untung saja gurunya masih berbaik hati dalam memberikan remidial. Shodrot pun
harus berusaha keras untuk memenuhi standar nilai yang dibutuhkan. Shodrot pun
mampu untuk naik ke kelas tiga.
Melihat
hasilnya yang mengenaskan Shodrot pun sadar saat ini dia sudah kelas tiga,
saatnya bersiap untuk memikirkan masa depannya, apakah dia mau masa depan yang
cerah atau masa depan yang suram. Selain itu Shodrot juga sudah merasa bosan
dengan ejekan dan cemoohan teman-temannya, dia bertekad bahwa mulai saat ini
dia harus berubah. Untuk mengejutkan teman-temannya di sekolah dia tetap
bersikap seperti biasa, di kos dia belajar mati-matian untuk meningkatkan
kemampuannya. Dia juga mempersiapkan diri untuk mengikuti tes ke perguruan
tinggi.
Hasil jerih
payahnya pun berbuah manis, dengan belajar setiap malam, dan juga berdoa dengan
rajin berdoa setiap hari, Shodrot berhasil lulus dengan nilai yang sangat
memuaskan. Shodrot juga berhasil lulus di Seleksi Nasional Perguran Tinggi
Negeri. Shodrot lulus di salah satu perguruan tinggi negeri yang cukup terkenal
di provinsinya. Dia juga lulus pada pilihan satu atau yang paling diminatinya
yaitu Sastra Inggris. Tentu saja teman-teman dan guru-gurunya terkejut melihat
hasil prestasi Shodrot, mereka tidak menyangka bahwa teman dan murid mereka
Shodrot yang terkenal malas dan jorok itu mampu berubah hanya dalam waktu satu
tahun.